Kisah Sedih Akibat Rokok

Saya hanya menuliskan ulang, dengan gaya bahasa yang lebih ringan.

Sebut saja nama anak ini Susan. Dia dekat sekali dengan ayah-nya. Setiap kali ayah-nya pulang kerja, dia akan memeluk erat ayah-nya, lantas bermain-main dengan riang. Singkat cerita, Susan tumbuh besar, menjadi gadis yang cantik, cerdas. Punya keluarga yang bahagia. Susan dikenal dengan gaya hidup yang sehat, rajin fitness, tak akan pernah diduga jika dia mengidap penyakit serius sekali. Hingga usianya 50 tahunan. Setelah sekian lama, baru terungkap, Susan mengidap salah-satu varian kanker paru-paru yang tidak bisa disembuhkan. Ganas sekali kanker itu.

Bagaimana mungkin, orang yang hidup sehat, bugar, mengidap penyakit tersebut? Segala daya upaya dikeluarkan agar Susan sembuh, kemoterapi, dll, dll, tapi sia-sia, dia meninggal setelah berbulan2 melawan kankernya. Otopsi medis dilakukan, dan diduga kuat, penyebab kanker Susan adalah asbestos. Apa itu asbestos? Mineral yang digunakan dalam konstruksi bangunan. Asbestos ini salah-satu penyebab kanker yang sangat mengerikan. Cukup sedikit saja partikel ini terhirup masuk ke paru-paru, menetap di sana, puluhan tahun, 20, 30, baru terlihat dampaknya.

Lantas bagaimana di paru-paru Susan ada partikel asbestos? Karena Ayah Susan adalah tukang pipa di konstruksi bangunan. Dan setiap dia pulang kerja, dia memeluk si kecil, atau bermain, atau berkumpul bersama keluarganya, partikel tersebut terhirup sudah. Ayah Susan jelas tidak ingin ‘membunuh’ anaknya. Mana ada ayah yang begitu. Tapi tanpa dia sadari, partikel asbestos itu terbawa olehnya. Mau dikata apa? Rangkaian panjang kejadian itu berakhir menyakitkan. Toh, beberapa negara juga belum melarang atau mengatur ketat soal asbestos ini di jaman itu.
Berpuluh tahun berlalu, Susan meninggal karena kanker yang disebabkan oleh asbestos.
Demikianlah kisah Susan Macgregor.

Maka bayangkan situasi lain yang mirip. Bukan asbestos, tapi rokok--salah-satu penyebab kanker yg juga mengerikan. Saat seorang ayah merokok di depan bayinya. Saat seorang ayah merokok di depan balita, istri, keluarganya. Tidakkah kalian tergerak untuk mulai memahami penjelasan ini? Bukankah kasus itu mirip sekali? Karena ketahuilah, kita sebagai perokok boleh jadi memang sehat, berpuluh tahun terlihat sehat, tapi anak-anak kita, istri kita, keluarga kita, mengalir di darah mereka, menetap di paru-paru mereka, akibat rokok yang kita hisap tersebut. Untuk kemudian, 30, 40 berlalu, mereka harus menghadapi penyakit serius tersebut.

Saya selalu sedih menyaksikan, balita yang berlari memeluk ayahnya--yang ayahnya santai sekali terus merokok. Lihatlah, kasih sayang balita ini luar biasa, dia memanggil ayahnya dengan sanjung, kagum dan cinta. Dia peluk leher ayahnya erat-erat. Ayahnya juga jelas sayang sekali, meski jemarinya tetang memegang rokok, mulutnya terus mengepulkan asap. Tidakkah dia tahu, dia sedang ‘menitipkan’ racun mematikan di buah hatinya. Saya lebih2 sedih, menyaksikan Ayah yang menggendong bayinya sambil merokok. Diciumi bayinya dengan mulut yang menghembuskan sisa asap rokok. Si bayi tertawa geli, cinta sekali dia pada Ayahnya. Tidak pernah protes, tidak sekalipun tahu, boleh jadi, tubuhnya menyerap racun mematikan besok-besok.

Kita tahu semua betapa bahayanya rokok bagi keluarga kita (perokok pasif). Tahu. Sebebal-bebalnya seorang perokok, di nurani-nya dia tahu. Maka panggillah sisa nurani terakhir itu. Silahkan kalau tetap ingin merokok, tapi berhentilah egois. Jangan merokok di sekitar orang lain. Cari tempat-tempat yang tidak akan mengganggu orang lain. Syukur2 besok bisa berhenti total. Buktikan bahwa kita memang menyayangi anak-anak kita, keluarga kita.
Kita tidak perlu menambah daftar panjang kisah menyedihkan serupa.

0 Response to "Kisah Sedih Akibat Rokok"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel